DESAIN GRAFIS
Ketika sebuah desain ‘berbicara’ tentang bangunan maka yang ‘berbicara’ adalah arsitektur (desain bangunan). Saat sebuah desain ‘menceritakan’ keindahan sebuah taman maka yang ‘berbicara’ adalah desain lansekap. Giliran sebuah desain yang menampilkan bentukan-bentukan furniture, telepon, gelas dan sebagainya maka desain produklah yang ‘berbicara’. Demikian pula saat seseorang melihat sebuah poster, sampul buku, sampul CD, iklan, brosur dan multimedia maka desain grafislah yang ‘berbicara’.
Mengenai desain grafis, seperti yang diuraikan dalam wikipedia, pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan perancang (desainer) untuk melihat efek dari layout atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.
Pada umumnya komputer dianggap sebagai alat yang sangat diperlukan dalam industri desain grafis. Komputer dan aplikasi perangkat lunak umumnya dipandang, oleh para profesional kreatif, sebagai alat produksi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan metode tradisional.
Sebagai sebuah alat produksi, komputer berfungsi sebagai sarana yang mempermudah seorang desainer untuk mewujudkan ide-ide kreatifnya ke dalam bahasa gambar (visual). Desain grafis dalam pengertiannya sebagai sebuah bahasa visual merupakan sebuah komposisi dari ilustrasi (image), tipografi, dan warna. Jadi bisa dikatakan bahwa proses desain grafis adalah menciptakan, mengolah, dan mengatur peletakan, ukuran, dan tampilan dari ketiga elemen tersebut sehingga menghasilkan suatu komposisi visual yang mampu berkomunikasi secara verbal dengan orang yang melihatnya.
Masih ingat iklan dua produsen rokok yang sama-sama menawarkan produk rasa mint-nya? Iklan yang pertama menampilkan seekor naga, sementara iklan yang kedua diwakili oleh selembar daun.
Produk yang pertama menampilkan animasi seekor naga yang ketika menghembuskan nafasnya keras-keras segala sesuatu di sekitarnya mendadak menjadi beku karena hawa dingin yang dikeluarkannya. Biasanya seekor naga akan mengeluarkan semburan api yang mampu menghanguskan segala sesuatu karena demikian hebat dan besarnya api tersebut. Nah, dalam iklan ini naga dan es ‘berbicara’ tentang bagaimana dinginnya rasa rokok tersebut sampai-sampai seekor naga yang telah mengkonsumsi rokok dengan rasa mint tersebut tidak lagi mengeluarkan api melainkan tiupan hawa dingin yang membekukan. Kemudian dalam iklan cetaknya, produk ini cukup menampilkan kotak kecil es yang membeku. Mengamati iklan tersebut terbayang bagaimana dinginnya rasa mint dari rokok tersebut.
Produk rokok yang kedua mempunyai slogan yang kurang lebih berbunyi ‘… 100% Menthol Alam!’. Menthol adalah nama sejenis dedaunan yang menghasilkan rasa mint. Dalam iklannya tampak panorama pepohonan yang rimbun, kemudian disusul dengan animasi sehelai daun menthol yang terjatuh karena hembusan angin. Panorama pepohonan yang sejuk dan asri, ditambah dengan jatuh perlahannya sehelai daun menthol ‘berbicara’ tentang unsur alam yang kuat yang dihadirkan (digunakan) dalam produknya. Seolah-olah ingin mengatakan bahwa produknya tidak mengandung bahan-bahan kimia yang membahayakan sekadar untuk memunculkan rasa mint-nya. Namun demikian melihat iklan yang kedua ini terbayang betapa alaminya bahan yang digunakan untuk menciptakan rasa mint tersebut.